KERASUKAN JIN DAN PENYEMBUHANNYA
Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan jin dan manusia untuk beribadah kepadaNya, serta mensyariatkan kepada mereka apa yang menjadi kebijaksanaanNya supaya membalas mereka terhadap apa yang telah mereka lakukan. Aku bersaksi bahawa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata yang tiada sekutu baginya. Dia memiliki kekuasaan dan pujian, serta Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Aku bersaksi bahawa Muhammad adalah hamba dan utusanNya, yang diutus kepada manusia dan jin untuk memberi khabar gembira dan peringatan. Semoga selawat dan salam sebanyak-banyaknya terlimpah atasnya, keluarganya, para sahabatnya dan siapa yang mengikuti mereka dengan baik.
Allah Subhanahu wa Taala berfirman.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kukuh” [Adz-Dzariyat : 56-58]
Jin adalah alam ghaib yang diciptakan dari api, dan mereka diciptakan sebelum penciptaan manusia, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas” [Al-Hijr ; 26-27]
Mereka diberi tugas. Perintah dan larangan Allah ditujukan kepada mereka. Di antara mereka ada yang taat dan di antara mereka ada yang bermaksiat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang mereka.
“Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi neraka Jahannam” [Al-Jin : 14-15]
Dia berfirman.
“Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang shalih dan diantara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeza-beza”[Jin : 11]
Yakni, golongan dan hawa nafsu yang bermacam-macam, sebagaimana yang berlaku pada manusia. Yang kafir di antara mereka akan masuk neraka menurut ijmak’ sedangkan yang mukmin akan masuk syurga sebagaimana manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Dan bagi orang yang takut saat menghadap Rabbnya ada dua surga. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan” [Ar-Rahman : 46-47]
Kezaliman antara mereka dengan manusia diharamkan, sebagaimana kezaliman di antara manusia, berdasarkan firman Allah dalam hadits qudsi
“Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya aku telah mengharamkan kezaliman atas diriKu dan Aku menjadikannya di antara kalian sebagai keharaman, maka janganlah saling menzalimi” [1] [HR Muslim]
Meskipun demikian, mereka (jin) kadangkala berbuat zalim kepada manusia. Demikian pula manusia kadangkala berbuat zalim kepada mereka. Di antara kezaliman manusia terhadap mereka ialah bersitinjak dengan tulang atau kotoran. Dalam Shahih Muslim dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu bahawa jin meminta perbekalan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda.
“Untuk kalian ialah segala tulang yang disebutkan nama Allah atasnya yang jatuh di tangan kalian yang masih ada dagingnya, dan semua kotoran untuk makanan haiwan ternak kalian”.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Oleh karenanya, janganlah bersitinjak dengan keduanya. Sebab, keduanya adalah makanan saudara-saudara kalian” [2]
Di antara permusuhan jin terhadap manusia ialah mereka menguasai manusia dengan was-was yang mereka masukkan dalam hatinya. Karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan supaya berlindung dari hal itu seraya berfirman.
“Katakanlah, Aku berlindung kepada Rabb manusia, Raja manusia. Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari jin dan manusia” [An-Nas : 1-6]
Allah menyebutkan jin di awal, karena was-was mereka ini sangat besar, dan sampainya mereka kepada manusia itu sangat tersembunyi.
Jika kamu bertanya, “Bagaimana mereka sampai kepada dada manusia dan membisiki di dalamnya?”
Maka, dengarlah jawapan dari Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika bersabda kepada dua orang Anshar.
“Sesungguhnya setan mengalir dalam diri manusia melalui aliran darah, dan aku khuatir ia akan melemparkan keburukan dalam hatimu atau mengatakan sesuatu” [3]
Dalam sebuah riwayat.
“Ia sampai pada manusia lewat aliran darah” [4]
Di antara kezaliman jin kepada manusia ialah mereka menakut-nakuti mereka dan memasukkan rasa takut dalam hati mereka, terutama ketika manusia berlindung kepada mereka dan meminta perlindungan kepada mereka.
Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan jin dan manusia untuk beribadah kepadaNya, serta mensyariatkan kepada mereka apa yang menjadi kebijaksanaanNya supaya membalas mereka terhadap apa yang telah mereka lakukan. Aku bersaksi bahawa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata yang tiada sekutu baginya. Dia memiliki kekuasaan dan pujian, serta Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Aku bersaksi bahawa Muhammad adalah hamba dan utusanNya, yang diutus kepada manusia dan jin untuk memberi khabar gembira dan peringatan. Semoga selawat dan salam sebanyak-banyaknya terlimpah atasnya, keluarganya, para sahabatnya dan siapa yang mengikuti mereka dengan baik.
Allah Subhanahu wa Taala berfirman.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kukuh” [Adz-Dzariyat : 56-58]
Jin adalah alam ghaib yang diciptakan dari api, dan mereka diciptakan sebelum penciptaan manusia, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas” [Al-Hijr ; 26-27]
Mereka diberi tugas. Perintah dan larangan Allah ditujukan kepada mereka. Di antara mereka ada yang taat dan di antara mereka ada yang bermaksiat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang mereka.
“Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi neraka Jahannam” [Al-Jin : 14-15]
Dia berfirman.
“Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang shalih dan diantara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeza-beza”[Jin : 11]
Yakni, golongan dan hawa nafsu yang bermacam-macam, sebagaimana yang berlaku pada manusia. Yang kafir di antara mereka akan masuk neraka menurut ijmak’ sedangkan yang mukmin akan masuk syurga sebagaimana manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Dan bagi orang yang takut saat menghadap Rabbnya ada dua surga. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan” [Ar-Rahman : 46-47]
Kezaliman antara mereka dengan manusia diharamkan, sebagaimana kezaliman di antara manusia, berdasarkan firman Allah dalam hadits qudsi
“Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya aku telah mengharamkan kezaliman atas diriKu dan Aku menjadikannya di antara kalian sebagai keharaman, maka janganlah saling menzalimi” [1] [HR Muslim]
Meskipun demikian, mereka (jin) kadangkala berbuat zalim kepada manusia. Demikian pula manusia kadangkala berbuat zalim kepada mereka. Di antara kezaliman manusia terhadap mereka ialah bersitinjak dengan tulang atau kotoran. Dalam Shahih Muslim dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu bahawa jin meminta perbekalan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda.
“Untuk kalian ialah segala tulang yang disebutkan nama Allah atasnya yang jatuh di tangan kalian yang masih ada dagingnya, dan semua kotoran untuk makanan haiwan ternak kalian”.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Oleh karenanya, janganlah bersitinjak dengan keduanya. Sebab, keduanya adalah makanan saudara-saudara kalian” [2]
Di antara permusuhan jin terhadap manusia ialah mereka menguasai manusia dengan was-was yang mereka masukkan dalam hatinya. Karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan supaya berlindung dari hal itu seraya berfirman.
“Katakanlah, Aku berlindung kepada Rabb manusia, Raja manusia. Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari jin dan manusia” [An-Nas : 1-6]
Allah menyebutkan jin di awal, karena was-was mereka ini sangat besar, dan sampainya mereka kepada manusia itu sangat tersembunyi.
Jika kamu bertanya, “Bagaimana mereka sampai kepada dada manusia dan membisiki di dalamnya?”
Maka, dengarlah jawapan dari Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika bersabda kepada dua orang Anshar.
“Sesungguhnya setan mengalir dalam diri manusia melalui aliran darah, dan aku khuatir ia akan melemparkan keburukan dalam hatimu atau mengatakan sesuatu” [3]
Dalam sebuah riwayat.
“Ia sampai pada manusia lewat aliran darah” [4]
Di antara kezaliman jin kepada manusia ialah mereka menakut-nakuti mereka dan memasukkan rasa takut dalam hati mereka, terutama ketika manusia berlindung kepada mereka dan meminta perlindungan kepada mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Dan bahawasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” [Al-Jin : 6]
Yakni, takut dan segan
Di antara kezaliman jin terhadap manusia ialah jin menggulat manusia dan menghempaskannya serta membiarkannya tergoncang hingga pengsan. Adakalanya jin membawanya kepada perkara yang membuat kebinasaannya seperti melemparkannya dalam lubang, air yang membuatnya tenggelam, atau api yang membakarnya. Allah menyerupakan pemakan riba, ketika mereka bangkit dari kubur mereka, dengan orang yang terkena penyakit gila karena kerasukan setan.
“Dan bahawasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” [Al-Jin : 6]
Yakni, takut dan segan
Di antara kezaliman jin terhadap manusia ialah jin menggulat manusia dan menghempaskannya serta membiarkannya tergoncang hingga pengsan. Adakalanya jin membawanya kepada perkara yang membuat kebinasaannya seperti melemparkannya dalam lubang, air yang membuatnya tenggelam, atau api yang membakarnya. Allah menyerupakan pemakan riba, ketika mereka bangkit dari kubur mereka, dengan orang yang terkena penyakit gila karena kerasukan setan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila” [Al-Baqarah : 275]
Ibnu Jarir berkata, “Setanlah yang merasukinya lalu mebuatnya menjadi gila”. Ibnu Katsir berkata, “Tidak lain seperti orang yang terkena penyakit gila ketika gila dan setan merasukinya”. Al-Baghawi berkata, “Setan merasukinya, yakni membuatnya menjadi gila”. Artinya, orang yang makan riba akan dibangkitkan pada hari Kiamat seperti orang gila (karena kerasukan setan)”.
Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya, dari Ya’la bin Murrah Radhiyallahu ‘anhu bahawa seorang perempuan datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa anaknya yang kerasukan jin. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (kepada jin yang berada dalam tubuh anak itu).
‘Keluarlah, wahai musuh Allah. Aku adalah Rasulullah”
Lalu, kata perawi, anak itu sembuh, lantas ibunya menghadiahkan kepada Nabi dua ekor kambing dan keju serta minyak samin. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil keju dan samin serta seekor domba, dan mengembalikan seekor domba lainnya kepadanya [5]. Sanadnya dapat dipercaya. Ia mempunyai beberapa jalan periwayatan, yang dinyatakan Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah”. Ini adalah jalan-jalan periwayatan yang baik dan banyak, yang memberikan praduga yang kuat atau kepastian bagi kalangan berilmu bahawa Ya’la bin Murrah menceritakan kisah ini pada umumnya.
Ibnul Qayyim rahimahullah, salah seorang murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang cemerlang, berkata dalam kitabnya, Zad Al-Ma’ad, 4/66. “Gila itu ada dua macam, gila karena roh jahat yang ada di bumi, dan gila karena stress. Yang kedua inilah yang dibicarakan oleh para doktor jiwa tentang sebabnya dan penyembuhannya. Adapun kegilaan karena roh jahat maka para tokoh kedoktoran dan cendekiawan mengakuinya dan tidak menolaknya. Adapun para doktor yang bodoh dan peringkat bawah serta meyakini kezindikan sebagai keutamaan, maka mereka mengingkari penyakit gila karena roh jahat. Mereka tidak mengetahui bahawa roh tersebut dapat berpengaruh dalam tubuh orang yang terkena penyakit gila. Tiada yang menyertai mereka kecuali kebodohan. Jika tidak, maka tidak ada dalam aktifitas kedoktoran yang menolak hal itu, dan kenyataannya membuktikannya. Barangsiapa mempunyai akal dan pengetahuan tentang roh-roh ini dan pengaruh-pengaruhnya, maka ia akan mentertawakan kebodohan mereka dan kelemahan akal mereka.
Wahai manusia, untuk terbebas dari penyakit gila jenis ini ada dua perkara : membentengi dan menyembuhkan.
Untuk membentengi ialah dengan membaca wirid-wirid yang disyariatkan dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih, dengan kekuatan jiwa dan tidak mengikuti was-was dan khayalan yang tiada hakikatnya. Sebab, mengikuti was-was dan praduga dapat menyebabkan praduga dan was-was ini semakin membesar hingga menjadi kenyataan.
Adapun penyembuhannya, yakni menyembuhkan penyakit gila karena roh jahat, para tokoh kedoktoran mengakui bahawa resepi-resepi kedoktoran tidak berpengaruh padanya. Penyembuhannya ialah dengan doa-doa, bacaan Al-Qur’an dan nasihat. Syaihul Islam Ibnu Taimiyah biasanya mengubati dengan bacaan ayat Kursi dan Mu’awwidzatain, serta acapkali membaca di telinga orang yang terkena penyakit gila tersebut.
“Maka apakah kamu mengira, bahawa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahawa kamu tidak akan dkembalikan kepada Kami” [Al-Mu’minun : 115]
Muridnya, Ibnul Qayyim mengatakan, “Beliau bercerita kepada kami bahawa beliau suatu kali membaca ayat ini di telinga orang yang terkena penyakit gila, lalu roh jahat itu mengatakan, “Ya” seraya melengkingkan suaranya dengannya. Beliau mengatakan, ‘Lalu aku mengambil tongkat untuknya dan memukulnya dengannya pada urat lehernya hingga tanganku capek (penak) karena memukulnya’. Ketika itulah ia mengatakan, ‘Aku menyukainya’. Aku katakan, ‘Dia tidak menyukaimu’. Ia mengatakan, ‘Aku ingin berhaji dengannya.’ Aku katakan kepadanya.’ Ia tidak ingin berhaji bersamamu’. Ia mengatakan, ‘Aku meninggalkannya karena menghormatimu.’ Aku katakan, “Tidak, tetapi karena mentaati Allah dan Rasulnya.’ Ia mengatakan, ‘Kalau begitu aku keluar.’ Lalu orang yang terkena penyakit gila itu duduk sambil melihat ke kanan dan ke kiri seraya mengatakan, ‘Apa yang membawaku kepada Syaikh yang mulia ini”. Demikianlah pernyataan Ibnu Al-Qayyim rahimahullah dari Syaikhnya.
Ibnu Muflih, salah seorang murid Syaikhul Islam juga, mengatakan dalam kitabnya, Al-Furru’, ‘Syaikh kami apabila datang kepada orang yang terkena penyakit gila (lantaran ganguan jin), maka beliau menasihati jin yang membuatnya menjadi gila, memerintahkan dan melarangnya. Jika ia berhenti dan berpisah dengan orang dirasukinya, maka beliau meminta janjinya untuk tidak kembali lagi. Jika ia tidak patuh, tidak berhenti dan tidak terpisah, maka beliau memukulnya hingga meninggalkannya. Pukulan ini secara lahiriahnya pada orang yang terkena penyakit gila, tetapi pada hakikatnya memukul jin yang membuatnya gila”
Imam Ahmad mengutus seseorang kepada orang yang gila, lalu jin yang merasukinya itu meninggalkannya. Ketika Ahmad meninggal, jin tersebut kembali kepada orang tesebut.
Dengan ini jelaslah bahwa gangguan jin kepada manusia itu nyata berdasarkan dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah serta fakta. Ini diingkari oleh Mu’tazilah. Sekiranya bukan karena akibat yang ditimbulkan seputar masalah ini berupa kekacauan dan perdebatan yang menyebabkan Kitab Allah dijadikan sebagai argumen atas pengertian-pengertian imajinatif yang tiada hakikatnya, dan sekiranya pengingkaran ini tidak berkonsekuensi mendungukan para imam dan ulama kita dari Ahlus Sunnah, atau mendustakan mereka, nescaya saya katakan, “Seandainya bukan karena ini dan itu, maka saya tidak berbicara mengenai masalah ini. Karena masalah ini merupakan perkara-perkara yang telah diketahui secara inderawi dan bisa disaksikan. Apa yang sudah nyata dengan indera dan dapat disaksikan, tidak perlu kepada dalil. Karena perkara-perkara yang inderawi adalah bukti itu sendiri, dan mengingkarinya adalah kecongkakan. Oleh karena itu, janganlah menipu diri kalian sendiri dan jangan tergesa-gesa. Berlindunglah kepada Allah dari keburukan makhlukNya dari jin dan manusia. Memohon ampunlah kepada Allah dan bertaubatlah kepadaNya, sesungguhnya Dia Maha Pengampun, Maha Menerima taubat lagi Maha penyayang.
[Fatawa Al-Aqidah, Ibnu Utsaimin, hal. 323-328]
[Disalin dari. Kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, Penyusun Khalid Al-Juraisy, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, Penerjemah Musthofa Aini dkk, Penerbit Darul Haq]
__________
Foote Note
[1]. HR Muslim, no. 2577, kitab Al-Birr wa Ash-Shilah
[2]. HR Muslim, no. 450, kitab Ash-Shalah
[3]. HR Al-Bukhari, no. 2038, kitab Al-I’tikaf, Muslim, no. 2175, kitab As-Salam
[4]. HR Al-Bukhari, no. 2035, kitab Al-I’tikaf, dan Muslim, no. 2175, kitab As-Salam
[5]. HR Ahmad dalam Al-Musnad, no. 17098-17113, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 2/617, 618 dan menilainya sebagai shahih, disetujui oleh Adz-Dzahabi dan dinilai baik oleh Al-Mundziri
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila” [Al-Baqarah : 275]
Ibnu Jarir berkata, “Setanlah yang merasukinya lalu mebuatnya menjadi gila”. Ibnu Katsir berkata, “Tidak lain seperti orang yang terkena penyakit gila ketika gila dan setan merasukinya”. Al-Baghawi berkata, “Setan merasukinya, yakni membuatnya menjadi gila”. Artinya, orang yang makan riba akan dibangkitkan pada hari Kiamat seperti orang gila (karena kerasukan setan)”.
Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya, dari Ya’la bin Murrah Radhiyallahu ‘anhu bahawa seorang perempuan datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa anaknya yang kerasukan jin. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (kepada jin yang berada dalam tubuh anak itu).
‘Keluarlah, wahai musuh Allah. Aku adalah Rasulullah”
Lalu, kata perawi, anak itu sembuh, lantas ibunya menghadiahkan kepada Nabi dua ekor kambing dan keju serta minyak samin. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil keju dan samin serta seekor domba, dan mengembalikan seekor domba lainnya kepadanya [5]. Sanadnya dapat dipercaya. Ia mempunyai beberapa jalan periwayatan, yang dinyatakan Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah”. Ini adalah jalan-jalan periwayatan yang baik dan banyak, yang memberikan praduga yang kuat atau kepastian bagi kalangan berilmu bahawa Ya’la bin Murrah menceritakan kisah ini pada umumnya.
Ibnul Qayyim rahimahullah, salah seorang murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang cemerlang, berkata dalam kitabnya, Zad Al-Ma’ad, 4/66. “Gila itu ada dua macam, gila karena roh jahat yang ada di bumi, dan gila karena stress. Yang kedua inilah yang dibicarakan oleh para doktor jiwa tentang sebabnya dan penyembuhannya. Adapun kegilaan karena roh jahat maka para tokoh kedoktoran dan cendekiawan mengakuinya dan tidak menolaknya. Adapun para doktor yang bodoh dan peringkat bawah serta meyakini kezindikan sebagai keutamaan, maka mereka mengingkari penyakit gila karena roh jahat. Mereka tidak mengetahui bahawa roh tersebut dapat berpengaruh dalam tubuh orang yang terkena penyakit gila. Tiada yang menyertai mereka kecuali kebodohan. Jika tidak, maka tidak ada dalam aktifitas kedoktoran yang menolak hal itu, dan kenyataannya membuktikannya. Barangsiapa mempunyai akal dan pengetahuan tentang roh-roh ini dan pengaruh-pengaruhnya, maka ia akan mentertawakan kebodohan mereka dan kelemahan akal mereka.
Wahai manusia, untuk terbebas dari penyakit gila jenis ini ada dua perkara : membentengi dan menyembuhkan.
Untuk membentengi ialah dengan membaca wirid-wirid yang disyariatkan dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih, dengan kekuatan jiwa dan tidak mengikuti was-was dan khayalan yang tiada hakikatnya. Sebab, mengikuti was-was dan praduga dapat menyebabkan praduga dan was-was ini semakin membesar hingga menjadi kenyataan.
Adapun penyembuhannya, yakni menyembuhkan penyakit gila karena roh jahat, para tokoh kedoktoran mengakui bahawa resepi-resepi kedoktoran tidak berpengaruh padanya. Penyembuhannya ialah dengan doa-doa, bacaan Al-Qur’an dan nasihat. Syaihul Islam Ibnu Taimiyah biasanya mengubati dengan bacaan ayat Kursi dan Mu’awwidzatain, serta acapkali membaca di telinga orang yang terkena penyakit gila tersebut.
“Maka apakah kamu mengira, bahawa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahawa kamu tidak akan dkembalikan kepada Kami” [Al-Mu’minun : 115]
Muridnya, Ibnul Qayyim mengatakan, “Beliau bercerita kepada kami bahawa beliau suatu kali membaca ayat ini di telinga orang yang terkena penyakit gila, lalu roh jahat itu mengatakan, “Ya” seraya melengkingkan suaranya dengannya. Beliau mengatakan, ‘Lalu aku mengambil tongkat untuknya dan memukulnya dengannya pada urat lehernya hingga tanganku capek (penak) karena memukulnya’. Ketika itulah ia mengatakan, ‘Aku menyukainya’. Aku katakan, ‘Dia tidak menyukaimu’. Ia mengatakan, ‘Aku ingin berhaji dengannya.’ Aku katakan kepadanya.’ Ia tidak ingin berhaji bersamamu’. Ia mengatakan, ‘Aku meninggalkannya karena menghormatimu.’ Aku katakan, “Tidak, tetapi karena mentaati Allah dan Rasulnya.’ Ia mengatakan, ‘Kalau begitu aku keluar.’ Lalu orang yang terkena penyakit gila itu duduk sambil melihat ke kanan dan ke kiri seraya mengatakan, ‘Apa yang membawaku kepada Syaikh yang mulia ini”. Demikianlah pernyataan Ibnu Al-Qayyim rahimahullah dari Syaikhnya.
Ibnu Muflih, salah seorang murid Syaikhul Islam juga, mengatakan dalam kitabnya, Al-Furru’, ‘Syaikh kami apabila datang kepada orang yang terkena penyakit gila (lantaran ganguan jin), maka beliau menasihati jin yang membuatnya menjadi gila, memerintahkan dan melarangnya. Jika ia berhenti dan berpisah dengan orang dirasukinya, maka beliau meminta janjinya untuk tidak kembali lagi. Jika ia tidak patuh, tidak berhenti dan tidak terpisah, maka beliau memukulnya hingga meninggalkannya. Pukulan ini secara lahiriahnya pada orang yang terkena penyakit gila, tetapi pada hakikatnya memukul jin yang membuatnya gila”
Imam Ahmad mengutus seseorang kepada orang yang gila, lalu jin yang merasukinya itu meninggalkannya. Ketika Ahmad meninggal, jin tersebut kembali kepada orang tesebut.
Dengan ini jelaslah bahwa gangguan jin kepada manusia itu nyata berdasarkan dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah serta fakta. Ini diingkari oleh Mu’tazilah. Sekiranya bukan karena akibat yang ditimbulkan seputar masalah ini berupa kekacauan dan perdebatan yang menyebabkan Kitab Allah dijadikan sebagai argumen atas pengertian-pengertian imajinatif yang tiada hakikatnya, dan sekiranya pengingkaran ini tidak berkonsekuensi mendungukan para imam dan ulama kita dari Ahlus Sunnah, atau mendustakan mereka, nescaya saya katakan, “Seandainya bukan karena ini dan itu, maka saya tidak berbicara mengenai masalah ini. Karena masalah ini merupakan perkara-perkara yang telah diketahui secara inderawi dan bisa disaksikan. Apa yang sudah nyata dengan indera dan dapat disaksikan, tidak perlu kepada dalil. Karena perkara-perkara yang inderawi adalah bukti itu sendiri, dan mengingkarinya adalah kecongkakan. Oleh karena itu, janganlah menipu diri kalian sendiri dan jangan tergesa-gesa. Berlindunglah kepada Allah dari keburukan makhlukNya dari jin dan manusia. Memohon ampunlah kepada Allah dan bertaubatlah kepadaNya, sesungguhnya Dia Maha Pengampun, Maha Menerima taubat lagi Maha penyayang.
[Fatawa Al-Aqidah, Ibnu Utsaimin, hal. 323-328]
[Disalin dari. Kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, Penyusun Khalid Al-Juraisy, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, Penerjemah Musthofa Aini dkk, Penerbit Darul Haq]
__________
Foote Note
[1]. HR Muslim, no. 2577, kitab Al-Birr wa Ash-Shilah
[2]. HR Muslim, no. 450, kitab Ash-Shalah
[3]. HR Al-Bukhari, no. 2038, kitab Al-I’tikaf, Muslim, no. 2175, kitab As-Salam
[4]. HR Al-Bukhari, no. 2035, kitab Al-I’tikaf, dan Muslim, no. 2175, kitab As-Salam
[5]. HR Ahmad dalam Al-Musnad, no. 17098-17113, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 2/617, 618 dan menilainya sebagai shahih, disetujui oleh Adz-Dzahabi dan dinilai baik oleh Al-Mundziri
"Di antara kezaliman jin terhadap manusia ialah jin menggulat manusia dan menghempaskannya serta membiarkannya tergoncang hingga pengsan. Adakalanya jin membawanya kepada perkara yang membuat kebinasaannya seperti melemparkannya dalam lubang, air yang membuatnya tenggelam, atau api yang membakarnya."
ReplyDeletebetul ke ada jin yang menzalimi manusia dengan cara ni? "air yang membuatnya tenggelam".
Salah seorang ustaz di tempat kerja saya sedang kehilangan anak. diceritakan pada saya, anaknya dan rakan2 lain menjala kat sungai yang sebenarnya kawasan tadahan banjir,kawasan larangan. pada masa mereka menjala, air dalam tadahan pertama dah sampai parasnya dan pintu tadahan tu pun terbuka,jadai air melimpah keluar disamping ada vakum yang menarik air tu keluar. jadi macam tsunami la,mereka bertiga,seorang tersangkut kakinya pada batu dan terselamat, seorang sempat dilihat terkapai2, tapi meninggal akibat pecah kepala dan dijumpai 4@5km dari tempat mereka menjala,tapi anak ustaz ni tak nampak langsung. ada yang kat dia mungkin disembunyikan makhluk halus. khabar terbaru,saya ada dengar darul s**** turun dan buat ritual yang macam2 (yang saya dengar mereka tabur garam...). dari kawan-kawan yang dah kerja lama kat sini, mereka kata keluarga mereka baik2 saja,tak pernah bergaduh dan ibunya pun mudah saja melahirkan kesemua 10 orang anak.anak yang hilang ni anak sulung dan masih belum ditemui hingga hari ini. ibu bapa dan adik2 sekarang tinggal berdekatan kawasan kejadian dan tak kisah makan minum dah, disamping tempat membeli makanan pun sangat jauh dari tempat mereka berkampung...
Assalamualaikum wbh
ReplyDeleteSimpati saya dan juga ucapan takziah kepada ustaz Husin ini yang kehilangan anak lelakinya ketika menjala / menjaring ikan. Semoga roh arwah ditempatkan Allah ditempat yang mulia bersama orang-orang yang beriman.
Kalau benarlah kumpulan Darul S**** turun dan buat ritual di tempat kemalangan dan turut menabur garam, maka sebenarnya, kejadian ini adalah ulangan kisah kehilangan adek syarlinie di mana pelbagai bomoh datang membantu. Sebenarnya kedatangan bomoh yang membantu kehilangan adek syarlinie ini adalah seumpama sokong membawa rebah. Sampai sekarang pun adek syarlini masih hilang dan belum ditemui. Bacalah artikel saya berkenaan adek syarlini ini di http://emjayjb.multiply.com/journal/item/179.
Kalau dah kumpulan Darul S**** datang ke tempat kejadian, maknanya susahlah anak yang malang ini untuk ditemui. Bagaimanalah Allah nak menurunkan rahmatNya jikalau kaedah yang digunapakai tidak diredhai Allah?
Semoga dijauhi segala perbuatan yang mungkar dalam usaha menemui anak ustaz Husin ini semoga dengan ini Allah memperkenankan penemuan mayat anak kesayangan ini.
Tentang persoalan kezaliman jin tu, sekiranya Allah mengizinkan, boleh sahaja ianya berlaku.
Sekian wassalam wallahuaqlam
Emjay
Alhamdulillah anak ustaz telah ditemui pada hari sabtu, dalam waktu maghrib, 7 km dari tempat arwah menjala. badannya masih elok cuma kembung mungkin akibat terndam lama dalam air. jenazah selamat dikebumikan pukul 3 pagi, menurut cerita yang saya dengar hari ini.
ReplyDeleteAssalammu'alaykum warahmatullah wabarakatuh.
ReplyDeleteAfwan ada ralat untuk artikel diatas ini
Pada kalimat sebelumnya:
"Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dkembalikan kepada Kami" [Al-Mu'minun : 15]
Kalimat yg benar adalah:
"Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dkembalikan kepada Kami" [Al-Mu'minun : 115]
Syurkan atas perhatiannya, wassalammu'alaykum warahmatullah wabarakatuh.
Waalaikumussalam wbh
ReplyDeleteSaya telah perbetulkan kesilapan tersebut.
Terima kasih
Emjay
assalamualaikum ustaz..ada beberapa perkataan indonesia kurg difahami..mungkin jika ustaz ada ambil menggunakan ayat indonesia..hrp diedit terlebih dahulu agar pembaca mudah faham..khasnya orang melayu malaysia..
ReplyDeleteWaalaikumussalam wbh
ReplyDeleteMari sebutkan perkataan tersebut untuk mudah saya membaikinya.
Emjay
dua ekor domba
ReplyDeletepraduga
kezindikan
inderawi
capek (penak)
aktifitas
ini antara yang tidak saya fahami..
erm..berkaitan hadis tentang jin yang ingin "berhaji" dengan orang yg dirasuki itu..maksud "berhaji" itu mengerjakan haji kah?
dan saya harap budi baik ustaz untuk menterjemahkan atau memelayukan perkata arab agar mudah orang awan untuk memahaminya..syukran..jzakallahu khoiran..
Domba = kambing
ReplyDeletePraduga = prejudice
Zindik = (Arab) arti harafiahnya menyeleweng. Zindik adalah kaum murtad yang berusaha merusakkan agama Islam , berpura-pura menjadi Islam dan kemudian ...
Inderawi = pancaindera
Capek = penat atau letih
aktifitas = aktiviti
berhaji = melakukan haji / mengerjakan haji
Tak mustahil juga perkara kejahatan yang dilakukan oleh kuncu iblis ini. Tapi tak mustahil juga di atas kecuaian manusia yang tidak mementingkan keselamatan. Pasal bomoh yang mendakwa adik Syarlinie itu,awal-awal lagi Zam tak percaya sebab banyak andaian itu,ini,begitu,begini. Belum apa-apa lagi dah buat teka-teki. Pada hal kematian itu,takziah atas perkara yang telah berlaku.
ReplyDeleteAssalamualiakum w.b.t kepada para pengunjung laman emjay,selamat datang kelaman saya yang bermanhajkan 'tolong mengkafir sesama islam'.Semoaga saudara semua mendapat banyak manfaatnay di sini.
ReplyDeleteemjay
Wassalam
Aslmwht.tuan sila fw artikel ini utk http://haanni.multiply.com
ReplyDeleteAslmwht.Tuan sila fw utk http://zul878.multiply.com.Syukran
ReplyDeleteSalam..Saya masih baru di ruang ini. Cuma saya agak keliru (mungkin tidak baca) Saudara emjayjb seolah2 anti kepada Darul ***** tu. Kenapa ye?
ReplyDeleteTerima Kasih
Sesiapa sahaja yang mengamalkan selawat Tafrijiah, Selawat Syifa dan menggunakan tangkal garam dalam merawat maka saya tetap menentangnya kerana amalan ini MEROSAK AKIDAH!!! Tak kiralah Darul apa pun.
ReplyDeleteEmjay
Jika demikian saya rasa perlunya diadakan muzakarah, forum atau berkaitan di media massa atau elektronik untuk membetulkan salahfaham secara terbuka supaya 1 keputusan tercapai. Samada dengan jabatan agama islam mahu pun dengan Darul ***** tersebut. Ini perlu untuk membetulkan kefahaman kita semua. Soal Akidah sangat sensitif.
ReplyDeleteApa kata saudara emjayjb?
Cadangan sdr amat baik tetapi untuk MALAYSIA, tunggulah sehingga kucing bertanduk.
ReplyDeleteMufti yang pengamal dan orang kuat tareqat, mereka akan mempertahankan amalan tarekat mereka . Mufti yang berkecimpung dengan sekadar menjaga periuk nasi, mereka ini apalah nak diharapkan.
Dalam bab akidah, menolak hukum Allah dan menggantikan dengan hukum lain dari fikiran mereka yang kononnya lebih baik dari hukum Allah SWT adalah ROSAK AKIDAH!!! Adakah mereka tidak faham? Mereka sekadar menjaga periuk nasi.
Emjay
Aslkm..betul Tuan Emjay..saya pun bkas anak murid Dato' Dr H---- --n, tapi sy tak amalkan sholawat2 yang saya yakin bathil tu...Syukran...Alhamdulillah Allah sedarkan saya awal2 lagi..
ReplyDeleteWaalaikumussalam wbh
ReplyDeleteSemoga Allah SWT mematikan sdr dan saya dalam iman.
Emjay
Assalamualaikum wbt, saya ingin mengetahui lebih lanjut mengenai amalan2 yang elok untuk kita lakukan untuk memberikan kesejahteraan diri kita dan ahli keluarga kita daripada gangguan syaitan dan juga iri hati manusia. wassalam
ReplyDelete