Makluman

Laman perkongsian ilmu, pemurnian akidah, membanteras perbomohan, tolong menolong dan perubatan alternatif menurut Islam dan tradisional untuk mencari redha Allah SWT
Free Image Hosting

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ pembaca mukmin sekelian

.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Selamat datang ke Laman Emjay. Selamat membaca dan semoga Allah memberikan taufik, hidayah, rahmat dan berkat kepada para pembaca sekelian.

Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (iaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.

Sunday, 4 March 2007

Perbahasan menarik berkaitan menggantung gambar

Perbahasan tentang menggantung gambar

Assalamualaikum wbh
Bersama ini saya kemukakan 3 pandangan yang terbaik untuk dijadikan panduan tentang hukum menggantung gambar.

                                                                                                                                                                              
SOALAN

Assalamualaikum
1.    Apakah hukumnya menggantung gambar penuh atau separuh di dalam rumah ?
2.    Adakah Nas ataupun hadis yg sahih menerangkan pekara ini?
Kesudian Pihak Ustaz Untuk Menjawab saya ucapan terima kasih :srug

JAWAPAN

:salam

Terima kasih kpd sdr Yurizal dgn soalannya kali ini iaitu berkisar mengenai subjek gambar/fotografi. Secara umumnya hukum gambar ini terbahagi kepada dua pendpt:

1) Haram secara mutlak kecuali dharurat seperti gambar IC, Passport dan seumpamanya. Pendapat ini disokong oleh Sheikh Ibn bin Bazz.

2) Harus yang difatwakan oleh Syekh Muhammad Bakhit, Mufti Mesir dan disokong oleh Dr Yusuf al-Qaradawi.


Pendapat haramnya gambar itu berlandaskan dalil berikut:
Ali bin Abu Talib juga berkata, "Rasulullah s.a.w. dalam (melawat) suatu jenazah ia bersabda: Siapakah di kalangan kamu yang akan pergi ke Madinah, maka jangan biarkan di sana satupun berhala kecuali harus kamu hancurkan, dan jangan ada satupun kubur (yang bercungkup) melainkan harus kamu ratakan dia, dan jangan ada satupun gambar kecuali harus kamu hapus dia? Kemudian ada seorang laki-laki berkata: Saya! Ya, Rasulullah! Lantas ia memanggil penduduk Madinah, dan pergilah si laki-laki tersebut. Kemudian ia kembali dan berkata: Saya tidak akan membiarkan satupun berhala kecuali saya hancurkan dia, dan tidak akan ada satupun kuburan (yang bercungkup) kecuali saya ratakan dia dan tidak ada satupun gambar kecuali saya hapus dia. Kemudian Rasulullah bersabda: Barangsiapa kembali kepada salah satu dari yang tersebut maka sungguh ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad s.a.w." (Riwayat Ahmad; dan berkata Munziri: Insya Allah sanadnya baik)

Manakala pendapat kedua iaitu harus, Dr Yusuf al-Qaradawi megatakan bhw apa yg pasti dilarang adalah gambar-gambar yang dipahat atau dilukis dan kemudiannya diagungkan. Juga termasuk gambar yg diharamkan adalah gambar yg dibuat utk menandingi ciptaan Allah. Ini berdasarkan hadis berikut:

"Masuklah! Tetapi Jibril menjawab: Bagaimana saya masuk, sedang di dalam rumahmu itu ada korden yang penuh gambar! Tetapi kalau kamu tetap akan memakainya, maka putuskanlah kepalanya atau potonglah untuk dibuat bantal atau buatlah tikar." (Riwayat Nasa'i dan Ibnu Hibban)

Dari hadis di atas, maka boleh dibuat kesimpulan bahawa gambar yg dipotong/dihinakan bolehlah dimanfaatkan. Namun begitu, bolehkah gambar yg dimaksudkan dalam hadis di atas boleh diqiaskan kpd gambar fotografi yg diambil dgn menggunakan kamera atau videocam. Dr Yusuf al-Qaradawi menerangkan bahawa kalau illatnya itu tidak ada, yang dihukumpun(ma'lulnya) tidak ada. Oleh yang demkian gambar yg diambil melalui kamera itu hukumnya harus. Dr Nasih Ulwan mengatakan keharusan ini dihubungkan dengan tujuan pergambaran itu. Jika ia untuk tujuan yg baik dan kebajikan, maka haruslah ia.

Adapun hadis yg diriwayatkan oleh Ali bin Abu Talib di atas, gambar yg dimaksudkan adalah kerana gambar-gambar/patung-patung tersebut adalah lambang kemusyrikan jahiliah yang oleh Rasulullah sangat dihajatkan kota Madinah supaya bersih dari pengaruh-pengaruhnya.
Maka berdasarkan keterangan ringkas di atas, kami(al-Ahkam) memilih pendapat Dr Yusuf al-Qaradawi. Walaupun hukum gambar fotografi ini harus, namun keharusannya bersyarat. Berikut kita sertakan kesimpulan hukum gambar(Dari fotografi dan juga lain2) oleh Dr Yusuf al-Qaradawi:
1.    Macam-macam gambar yang sangat diharamkan ialah gambar-gambar yang disembah selain Allah, seperti Isa al-Masih dalam agama Kristen. Gambar seperti ini dapat membawa pelukisnya menjadi kufur, kalau dia lakukan hal itu dengan pengetahuan dan kesengajaan.
2.    Begitu juga pemahat-pemahat patung, dosanya akan sangat besar apabila dimaksudkan untuk diagung-agungkan dengan cara apapun. Termasuk juga terlibat dalam dosa, orang-orang yang bersekutu dalam hal tersebut.
3.    Termasuk dosa juga, orang-orang yang melukis sesuatu yang tidak disembah, tetapi bertujuan untuk menandingi ciptaan Allah. Yakni dia beranggapan, bahwa dia dapat mencipta jenis baru dan membuat seperti pembuatan Allah. Kalau begitu keadaannya dia bisa menjadi kufur. Dan ini tergantung kepada niat si pelukisnya itu sendiri.
4.    Di bawah lagi patung-patung yang tidak disembah, tetapi termasuk yang diagung-agungkan, seperti patung raja-raja, kepala negara, para pemimpin dan sebagainya yang dianggap keabadian mereka itu dengan didirikan monumen-monumen yang dibangun di lapangan-lapangan dan sebagainya. Dosanya sama saja, baik patung itu satu badan penuh atau setengah badan.
5.    Di bawahnya lagi ialah patung-patung binatang dengan tidak ada maksud untuk disucikan atau diagung-agungkan, dikecualikan patung mainan anak-anak dan yang tersebut dari bahan makanan seperti manisan dan sebagainya.
6.    Selanjutnya ialah gambar-gambar di pagan yang oleh pelukisnya atau pemiliknya sengaja diagung-agungkan seperti gambar para penguasa dan pemimpin, lebih-lebih kalau gambar-gambar itu dipancangkan dan digantung. Lebih kuat lagi haramnya apabila yang digambar itu orang-orang zalim, ahli-ahli fasik dan golongan anti Tuhan. Mengagungkan mereka ini berarti telah meruntuhkan Islam.
7.    Di bawah itu ialah gambar binatang-binatang dengan tidak ada maksud diagung-agungkan, tetapi dianggap suatu manifestasi pemborosan. Misalnya gambar gambar di dinding dan sebagainya. Ini hanya masuk yang dimakruhkan.
8.    Adapun gambar-gambar pemandangan, misalnya pohon-pohonan, korma, lautan, perahu, gunung dan sebagainya, maka ini tidak dosa samasekali baik si pelukisnya ataupun yang menyimpannya, selama gambar-gambar tersebut tidak melupakan ibadah dan tidak sampai kepada pemborosan. Kalau sampai demikian, hukumnya makruh.
9.    Adapun fotografi, pada prinsipnya mubah, selama tidak mengandung objek yang diharamkan, seperti disucikan oleh pemiliknya secara keagamaan atau disanjung-sanjung secara keduniaan. Lebih-lebih kalau yang disanjung-sanjung itu justru orang-orang kafir dan ahli-ahli fasik, misalnya golongan penyembah berhala, komunis dan seniman-seniman yang telah menyimpang.
10. Terakhir, apabila patung dan gambar yang diharamkan itu bentuknya diubah atau direndahkan (dalam bentuk gambar), maka dapat pindah dari lingkungan haram menjadi halal. Seperti gambar-gambar di lantai yang biasa diinjak oleh kaki dan sandal.

:wassalam

Rujukan
Halal dan Haram dalam Islam
Oleh Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi
http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Halal/2039.html



94 - Larangan Membuat & Menggantung Gambar

Larangan Membuat & Menggantung Gambar

Berkenaan dengan larangan membuat atau menggantung (menayangkan) gambar-gambar dari lukisan atau yang seumpamanya adalah dapat diperhatikan dengan baik daripada banyak hadis-hadis Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam (s.a.w.) yang sahih. Berikut dibawakan sebahagian daripadanya berserta beberapa fatwa ulama berkenaan dengannya.

Ancaman Kepada Pembuat/Pelukis Gambar:

Orang yang paling mendapat siksa pada hari kiamat adalah para pembuat gambar (pelukis/pengukir). (Hadis Riwayat al-Bukhari dalam Kitab Pakaian (al-Libas), 5959. Muslim dalam bab yang sama, 2109)

Daripada ‘Aun bin Abu Juhaifa, Ayahnya menyatakan, “Nabi melarang mengambil duit jual beli anjing dan darah, melarang kerja-kerja membuat tatoo dan mentatoo diri, melarang menerima atau memberi riba, dan juga mencela pembuat gambar”. (Hadis Riwayat al-Bukhari, Kitab Jual Beli (3/34), no. 299)

Daripada ‘Aisyah dia menjelaskan, “Aku membeli sebuah bantal bergambar. Apabila Rasulullah melihat ia, dia berdiri di pintu dan tidak terus masuk ke rumah. Aku menyedari air mukanya berubah kelihatan seperti ada sesuatu yang tidak disukainya. Aku berkata, “Wahai Rasulullah, aku bertaubat kepada Allah dan Rasul-Nya, (tolong beritahu aku) apakah dosa ku?” Rasulullah berkata, “Ada apa dengan bantal ini?” Aku menjawab, “Aku membelinya untuk engkau agar dapat duduk dan bersandar padanya”. Rasulullah berkata, “Pembuat gambar ini akan di-azab pada hari kiamat.” Rasulullah menambah, “Malaikat (pembawa rahmat) tidak akan masuk ke dalam rumah yang di dalamnya terdapat gambar”.” (Hadis Riwayat al-Bukhari, Kitab Jual Beli (3/34), no. 318)

Daripada Said bin Abu al-Hasan, “Ketika saya bersama Ibnu ‘Abbas, seorang lelaki datang dan berkata, “Wahai Ibnu Abbas, pendapatan (periuk nasi) saya adalah dari hasil kerja tangan saya dan kerja saya adalah membuat gambar-gambar ini”. Ibnu ‘Abbas berkata, “Saya sekadar memberi tahu apa yang saya dengar dari Rasulullah. Saya mendengar beliau bersabda, “Barang siapa membuat gambar dia akan di-azab oleh Allah sehingga dia mampu menghidupkannya dan sesungguhnya dia tidak akan berupaya untuk menghidupkannya”. Mendengarkan hal ini, lelaki itu menarik nafas panjang (mengeluh) dan mukanya menjadi pucat. Ibnu ‘Abbas berkata padanya, “Jika kamu masih tetap mahu untuk membuat gambar-gambar, saya menasihatkan agar kamu membuat gambar-gambar pokok (tumbuh-tumbuhan) dan sebarang gambar yang bukan berupa dari makhluk bernyawa”.” (Hadis Riwayat al-Bukhari, Kitab Jual Beli (3/34), no. 428)

Daripada Ibnu ‘Abbas, “Aku mendengar Muhammad berkata, “Barang siapa membuat gambar di dunia ini, dia akan dipersoalkan serta diminta supaya memberikan nyawa kepada apa yang dilukiskannya pada hari kiamat nanti, tetapi dia tidak akan mampu melakukannya”.” (Hadis Riwayat al-Bukhari Kitab Pakaian (7/72), no. 846)

Gambar Yang Dilarang Adalah Gambar Berupa Makhluk Bernyawa:

... Ibnu ‘Abbas berkata padanya, “Jika kamu masih tetap mahu untuk membuat gambar-gambar, saya menasihatkan agar kamu membuat gambar-gambar pokok (tumbuh-tumbuhan) dan sebarang gambar yang bukan berupa dari makhluk bernyawa”.” (Hadis Riwayat al-Bukhari, Kitab Jual Beli (3/34), no. 428)

Daripada Ibnu ‘Abbas, “Abu Talha, seorang sahabat Rasulullah dan seorang sahabat yang pernah bersama dalam peperangan badar memberitahu kepadaku bahawa Rasulullah berkata, “Malaikat tidak masuk ke dalam rumah yang di dalamnya ada anjing atau gambar.” Yang dia maksudkan adalah gambar yang menyerupai makhluk bernyawa.” (Hadis Riwayat al-Bukhari, Kitab Ekspedisi Peperangan Bersama Nabi (5/59), no. 338)

Daripada Abu Talha, “Aku mendengar Rasulullah berkata, “Malaikat (Pembawa Rahmat) tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya ada anjing atau gambar yang berupa dari makhluk bernyawa”.” (Hadis Riwayat al-Bukhari, Kitab Penciptaan (4/54), no. 448)

Malaikat Rahmat Tidak Akan Memasuki Rumah Yang Mengandungi (Menayangkan/Memaparkan) Gambar

Daripada Abu Talha, “Aku mendengar Rasulullah berkata, “Malaikat (Pembawa Rahmat) tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya ada anjing atau gambar yang berupa dari makhluk bernyawa”.” (Hadis Riwayat al-Bukhari, Kitab Penciptaan (4/54), no. 448)

“Suatu ketika Malaikat Jibril berjanji kepada Nabi yang mana dia akan datang menemui Nabi, tetapi dia tidak datang-datang. Dan kemudiannya dia (Jibril) memberitahu, “Kami dari golongan malaikat tidak masuk ke dalam rumah yang di dalamnya mengandungi gambar (berupa makhluk bernyawa) atau anjing.” (Hadis Riwayat al-Bukhari (4/54), no. 450)

‘Aisyah menyatakan bahawa Jibril (‘alaihis salam) berjanji dengan Rasulullah (s.a.w.) untuk menemuinya pada masa yang telah ditetapkan, namun pada masa yang tersebut, dia (Jibril) tidak datang. Kemudiannya Nabi mencampakkan tongkat di tangannya dan berkata, “Tidak pernah Allah dan utusannya (Malaikat Jibril) memungkiri janji”. Kemudian nabi terlihat dan menemui anak anjing di bawah katil dan berkata, “Aisyah, bila anjing ini masuk ke sini?” Dan beliau (‘Aisyah) menjawab, “Demi Allah, saya tidak tahu.” Kemudiannya Nabi mengarahkan dan anjing itu pun dikeluarkan. Tidak lama selepas itu, Jibril pun datang dan Rasulullah berkata kepadanya, “Engkau berjanji kepada saya dan saya menantikan engkau, tetapi engkau tidak datang-datang. Jibril pun menyatakan, “Di dalam rumah-mu ada anjing, di mana ia menghalang (saya untuk masuk), untuk kami (malaikat) tidak masuk rumah yang di dalamnya ada anjing atau gambar”.” (Hadis Riwayat Muslim, Kitab Pakaian & Perhiasan (24), no. 5246)

Daripada Ibnu ‘Abbas, “Nabi pernah memasuki Ka’bah dan menemui di dalamnya (lukisan) gambar Nabi Ibrahim dan Mariam. Kemudiannya beliau berkata, “Benda apa ini? Bukankah mereka mengetahui bahawa malaikat tidak masuk rumah yang di dalamnya mengandungi gambar; termasuklah gambar (nabi) Ibrahim ini. Dan kenapa dia digambarkan sedang mempraktikkan meramal dengan anak panah?”.” (Hadis Riwayat al-Bukhari, Kitab Para Nabi (4/55), no. 570)

Daripada Ibnu ‘Abbas, “Abu Talha, seorang sahabat Rasulullah dan seorang sahabat yang pernah bersama dalam peperangan badar memberitahu kepadaku bahawa Rasulullah berkata, “Malaikat tidak masuk ke dalam rumah yang di dalamnya ada anjing atau gambar.” Yang dia maksudkan adalah gambar yang menyerupai makhluk bernyawa.” (Hadis Riwayat al-Bukhari, Kitab Ekspedisi Peperangan Bersama Nabi (5/59), no. 338)

Daripada Aisyah, Nabi menyatakan: “Malaikat (pembawa rahmat) tidak akan masuk ke dalam rumah yang di dalamnya terdapat gambar.” (Hadis Riwayat al-Bukhari, Kitab Jual Beli (3/34), no. 318)

Dalam hadis yang lain, patung/boneka juga menjadi faktor bahawa malaikat tidak memasuki rumah,

Dari Abu Talha meriwayatkan, katanya, “Aku mendengar Rasulullah (s.a.w.) berkata: “Malaikat tidak memasuki rumah yang di dalamnya ada anjing atau patung”.” (Hadis Riwayat Muslim, Kitab Pakaian & Perhiasan, no. 5250)

Perkataan Para Ulama Berkenaan Gambar

Imam al-Hafiz Ibnu Hajar al-Atsqalani mengatakan:

“Kata al-Khaththabi: dan gambar yang menghalangi masuknya malaikat ke dalam rumah adalah gambar yang padanya terpenuhi hal-hal yang haram, yakni gambar-gambar berupa makhluk yang bernyawa, yang tidak terpotong kepalanya atau tidak dihinakan. Dan bahawasanya dosa tukang gambar itu besar kerana gambar-gambar itu ada yang di-ibadahi selain ALLAH, selain itu gambar tersebut mudah menimbulkan fitnah (bahaya) bagi yang memandangnya (gambar wanita, tokoh, ulama, red).” (Dinukil dari Majalah Salafy, Edisi V/Zulhijjah/1416/1996. Judul asli - Fatwa Ulama tentang Hukum Gambar, oleh Syaikh Abdullah Bin Abdul Aziz bin Baz, mufti Saudi Arabia)

Imam an-Nawawi mengatakan dalam kitabnya, Syarah Sahih Muslim:

“Sahabat kami dan para Ulama selain mereka mengatakan bahawa haramnya membuat gambar haiwan adalah sekeras-keras pengharamaan. Ini termasuk dosa besar kerana ancamannya juga amat besar, sama saja apakah ia dibuat untuk dihinakan atau tidak. Bahkan membuatnya jelas sekali haram kerana meniru ciptaan ALLAH. Sama saja apakah itu dilukis pada pakaian, permadani, mata wang, bejana, dinding atau lainnya. Adapun menggambar pepohonan dan sesuatu yang tidak bernyawa, tidak mengapa. Inilah hakikat hukum membuat gambar. Sedangkan gambar makhluk bernyawa, jika digantung/ditampal di dinding, di serban dan tindakan yang tidak termasuk menghinakannya, maka jelas hal itu terlarang. Sebaliknya bila dibentangkan dan dipijak sebagai alas kaki atau sebagai sandaran (setelah dipotong kepalanya, ed.) maka tidaklah haram dan tidak ada bezanya adakah gambar yang tersebut berjasad (mempunyai bayangan atau 3 dimensi) atau tidak. Ini adalah kesimpulan mazhab kami dalam masalah ini yang semakna dengan perkataan jumhur Ulama dari kalangan para Sahabat, Tabi’in, dan orang yang sesudah mereka (Tabi’ut Tabi’in). Ini juga pendapat Imam ats-Tsauri, Malik Bin Anas dan Abu Hanifah serta ulama lainnya.

Pertikaian & Pencerahan

Dari Aisyah Radiyallahu ‘anha (r.anha) ia berkata:

“Saya biasa bermain boneka (anak patung) di sisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam dan saya mempunyai beberapa orang teman yang bermain bersama saya. Maka jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam masuk, mereka menutupinya dari beliau lalu berjalan sembunyi-sembunyi dan bermain bersama saya.” (Hadis Riwayat al-Bukhari Kitab al-Adab Bab al-Inbisaath ilaa an-Naas, Fath 10/526 dan Muslim kitab Fadhail ash-Shahabah Bab fii Fadhail Aisyah, an-Nawawi, 15/203 dan 204)

Al-Hafiz Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari tentang hadis ini, “Hadis ini dijadikan dalil bolehnya boneka dan mainan untuk bermain (mendidik) anak perempuan, dan sebagai pengkhususan dari keumuman larangan mengambil gambar. Iyadl juga menetapkan yang demikian dan ia menukil dari jumhur, bahawasanya mereka membolehkan boneka atau mainan ini untuk melatih dan mendidik anak-anak perempuan agar mengenal bagaimana mengatur rumah-tangga dan merawat anak-anak nantinya. Dan sebahagian ulama menyatakan hadis ini telah mansukh (telah dibatalkan). Ibnu Bathal cenderung pada pendapat ini dan ia menceritakan dari Abi Zaid dari Malik. Tetapi dari sini pula ad-Daudy merajihkan bahawa hadis Aisyah (di atas) mansukh. Sedang Ibnu Hibban dan Nasa’i membolehkan namun tidak membatasi untuk anak-anak kecil walaupun padanya ada perbincangan.

Al-Baihaqi mengatakan setelah mentakhrij hadis-hadis tersebut: Telah tsabit (tetap) larangan tentang mengambil gambar. Maka kemungkinan rukhsah bagi Aisyah terjadi sebelum datangnya pengharaman. Ibnul Jauzi menetapkan yang demikian juga, sehingga beliau berkata: “Dan Abu Dawud dan an-Nasa’i dari sisi lain dari Aisyah (ia berkata): Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam datang dari perang Tabuk (Khaibar) {lalu menyebut hadis beliau mengoyakkan tirai yang tergantung di pintunya} Kemudian Aisyah melanjutkan, lalu beliau menyingkap sisi tirai di atas mainan Aisyah dan Beliau bersabda: “Apa ini hai Aisyah?”. Saya menjawab:”Boneka perempuan saya”. Beliau melihat kuda-kudaan bersayap yang dalam keadaan terikat, lalu bersabda: “Apakah ini?” Saya katakan: “Kuda bersayap dua. Tidakkah Anda mendengar bahawa Sulaiman 'alaihis salam mempunyai kuda yang bersayap? Beliau pun tertawa.”.

Al-Khathabi berkata: Dalam hadis ini menunjukkan mainan untuk anak-anak perempuan tidaklah seperti semua gambar yang datang ancaman, hanya saja beliau memberikan keringanan bagi Aisyah kerana pada waktu itu Aisyah belum dewasa.”

Al-Hafiz berkata: Penetapan dengan dalil ini ada perbincangan, akan tetapi kemungkinannya adalah kerana Aisyah waktu peristiwa perang Khaibar berusia 14 tahun dan waktu peristiwa perang Tabuk sudah baligh. Dengan demikian, ini menguatkan riwayat yang mengatakan hal itu terjadi pada peristiwa Khaibar dan mengumpulkannya dengan pendapat al-Khathabi.

Menurut Sheikh Abdul Aziz bin Bazz, “Oleh kerana itu, jika hal ini telah difahami, maka meninggalkan gambar-gambar (boneka) itu adalah lebih selamat kerana padanya ada perkara yang meragukan. Mungkin penetapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam bagi Aisyah itu sebelum munculnya perintah beliau untuk menghapus gambar-gambar. Dengan begitu hadis Aisyah ini menjadi mansukh dengan datangnya larangan dan perintah penghapusan gambar itu, kecuali yang terpotong kepalanya atau dihinakan, sebagaimana mazhab al-Baihaqi, Ibnul Jauzi dan Ibnu Bathal. Dan mungkin juga ini dikhususkan dari pelarangan itu (sebagaimana pendapat jumhur) untuk kemaslahatan pendidikan. Ini kerana permainan itu merupakan bentuk penghinaan atas gambar (boneka). Jadi, dengan kemungkinan ini maka lebih baik untuk meninggalkannya, sebagaimana pengamalan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam dari al-Hasan bin Ali bin Abu Thalib Radiyallahu ‘anhu (r.a):

”Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada yang tidak meragukanmu.” (Hadis Riwayat Ahmad, 1/200. Disahihkan oleh Ahmad Syakir dalam tahqiqnya terhadap Musnad, 3/169. ath-Thayalisi, m.s. 163, no. 1178 dan al-Albani mensahihkannya dalam Jamius Shaghir, no. 3372 dan 3373)

Demikian juga dalam hadis berikut ini dari Nu’man bin Basyir Radiyallahu ‘anhu secara marfu’,

“Yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Dan di antara keduanya ada perkara-perkara syubhat yang kebanyakan manusia tidak mengetahuinya, maka siapa yang menjaga diri dari syubhat, maka dia telah membersihkan Dien (agama) dan kehormatannya. Dan barang siapa yang jatuh kepada yang haram, seperti penggembala sedang menggembalakan ternaknya di sekitar tempat yang di pagar (terlarang), hampir-hampir ia terjatuh padanya.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

Fatwa-fatwa Ulama Masa Ini

Fatwa Sheikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin:

1 - Pertanyaan:

Sheikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin ditanya,

“Apa hukum mengenakan pakaian yang mengandungi gambar?”

Jawaban:

Seseorang dilarang untuk mengenakan pakaian yang bergambar haiwan atau manusia, dan juga dilarang untuk mengenakan serban serta jubah atau yang menyerupai itu yang di dalamnya terdapat gambar haiwan atau manusia atau makhluk bernyawa lainnya. Kerana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menegaskan hal itu dengan sabdanya,

”Malaikat enggan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat lukisan.”

Maka dari itu hendaklah seseorang tidak menyimpan atau memiliki gambar berupa foto-foto yang oleh sebahagian pihak dianggap sebagai album kenangan, maka wajib baginya untuk menanggalkan foto-foto tersebut, sama ada yang digantungkan di dinding, ataupun yang disimpan dalam album dan seumpamanya. Kerana keberadaan benda-benda tersebut menyebabkan malaikat enggan memasuki rumah mereka. Hadis yang menunjukkan hal itu adalah hadis yang sahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wallahu a’lam. (Rujuk: Ibn Utsaimin, al-Majmu ‘ats-Tsamin, hal. 199)

2 - Pertanyaan:

Sheikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin ditanya,

“Dengan segala hormatnya saya memohon penjelasan anda tentang hukum membuat gambar, sama ada dengan menggunakan tangan (melukis) atau dengan alat pembuat gambar (kamera), apa hukum menggantung gambar di atas dinding, dan apa hukum memiliki gambar hanya sekadar dijadikan sebagai kenangan?”

Jawaban:

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, selawat dan salam disampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta para sahabatnya.Melukis dengan tangan adalah perbuatan yang diharamkan, bahkan melukis adalah termasuk salah satu dosa besar, kerana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat para pembuat gambar (pelukis), sedangkan laknat tidak akan ditunjukan kecuali terhadap suatu dosa besar, sama ada yang digambar untuk tujuan mengungkapkan keindahan, atau yang dilukiskan (dijadikan gambar) sebagai model (bahan bantuan, ed.) bagi para pelajar, atau untuk hal-hal lainnya, maka hal itu adalah haram.

Tetapi bila seseorang melukiskan (menjadikan gambar) dari bahagian tubuh, seperti tangan saja, maka hal itu diperbolehkan. Adapun mengambil gambar dengan menggunakan alat fotografi, maka hal itu diperbolehkan kerana tidak termasuk pada perbuatan melukis. Yang menjadi pertanyaan adalah: Apa maksud dari pengambilan gambar tersebut? Jika pengambilan gambar (pemotretan) itu adalah yang dimaksudkan agar dimiliki oleh seseorang meskipun hanya dijadikan sebagai kenangan, maka pengambilan gambar tersebut hukumnya menjadi haram, hal itu dikeranakan segala macam sarana bergantung dari tujuan untuk apa sarana tersebut dipergunakan, sedangkan memiliki gambar hukumnya adalah haram. Kerana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahawa malaikat enggan memasuki rumah yang ada gambar di dalamnya, di mana hal itu menunjukkan kepada haramnya memiliki dan meletakkan gambar di dalam rumah.

Adapun menggantungkan gambar atau foto di atas dinding adalah haram hukumnya sehingga tidak diperbolehkan untuk menggantungnya meskipun sekadar untuk kenangan, kerana malaikat enggan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat gambar. (Rujukan: Fatwa-Fatwa Sheikh Ibn Utsaimin yang beliau tanda tangani, disalin dari kitab al-Fatawa asy-Syar’iyyah Fi al-Masa’il al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama al-Balad al-Haram, Edisi Indonesia “Fatwa-Fatwa Terkini-3”, Penyusun Khalid al-Juraisy, Penerjemah Amir Hamzah, Penerbit Darul Haq)

3 - Pertanyaan:

Sheikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin ditanya,

“Apa hukum memakaikan baju pada anak-anak yang ada gambar bernyawa?”

Jawaban:

Ahlul Ilmi (para ulama) menetapkan hukumnya haram memakaikan pakaian pada anak kecil yang dikenakan (dipakaikan) oleh orang dewasa. Pakaian yang bergambar hidup haram dipakai orang dewasa, demikian juga hukumnya tidak boleh dipakaikan untuk anak-anak. Dan memang demikian hukumnya. Sepatutnya kaum muslimin memboikot model/fesyen pakaian yang seperti ini agar orang-orang yang berniat jahat dan rosak tidak menyusup masuk kepada kita melalui sudut-sudut ini. Kalau benar-benar diboikot maka mereka tidak akan menemukan saluran untuk memasuki ke negeri kita. (Majmu’ Fatawa wa Rasa’il, 3/158)

Fatwa Sheikh Abdul Aziz bin Bazz

1 – Pertanyaan:

Sheikh Abdul Aziz bin Baz ditanya,

“Apa hukum menggantung lukisan di rumah dan tempat-tempat lainnya”?

Jawaban:

Hukumnya adalah haram jika gambar tersebut adalah gambar makhluk bernyawa, sama ada manusia atau selainnya... (Rujukan: Ibn Baz, Kitab ad-Da’wah, hal. 19-20. Disalin dari buku al-Fatawa asy-Syar’iyyah fi al-Masa’il al-Ashriyyah min Fatawa Ulama al-Balad al-Haram, Edisi Indonesia - Fatwa-Fatwa Terkini-3, Terbitan Darul Haq)

2 - Pertanyaan:

Sheikh Abdul Aziz bin Baz ditanya,

“Apa hukumnya menyimpan patung di rumah sekadar untuk hiasan dan bukan untuk disembah?”

Jawaban:

Seorang muslim tidak diperbolehkan untuk menggantung gambar atau pun menghiasi rumahnya dengan hai wan yang diawetkan, sama ada diletakkan di atas meja ataupun kursi, hal itu disebabkan keumuman hadis dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjelaskan tentang haramnya menggantung gambar dan meletakkan patung di dalam rumah atau tempat-tempat lainnya. Kerana benda-benda tersebut merupakan sarana untuk berlaku syirik kepada Allah, dan dalam hal-hal yang demikian terdapat penyerupaan terhadap makhluk ciptaan Allah dan perbuatan tersebut sama seperti perbuatan menentang Allah.

Adapun perbuatan menyimpan haiwan yang diawetkan adalah perbuatan yang merosakkan, padahal syari’at Islam yang sempurna diturunkan untuk membersihkan segala macam perantara (tawassul) atau sarana yang dapat membawa kepada kemusyrikan dan kesesatan. Hal yang demikian pernah terjadi pada kaum Nuh di mana mereka melakukan kemusyrikan disebabkan lukisan yang menggambarkan lima orang sholeh pada masa mereka. Kaum Nuh memasang/meletakkan lukisan tersebut di majlis-majlis, sebagaimana yang Allah terangkan dalam al-Qur’an dengan firman-Nya,

”Dan mereka berkata, Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr’. Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia).” (Surah Nuh: 23-24)

Maka, kita harus bersikap berhati-hati terhadap penyerupaan orang-orang dalam perbuatan mereka yang mungkar yang dapat menjerumuskan kita kepada kemusyrikan.Dalam sebuah hadis sahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahawa beliau berkata kepada Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu.

“Janganlah engkau tinggalkan patung kecuali engkau telah membuatnya menjadi tidak berbentuk, dan jangan pula meninggalkan kuburan yang menjulang tinggi (membukit) kecuali engkau meratakannya.” (Hadis Riwayat Muslim dalam al-Jana’iz, no. 969)

Dalam hadis lain, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Orang yang paling mendapat siksa pada hari kiamat adalah para pembuat gambar (pelukis).” (Hadis Riwayat al-Bukhari dalam Kitab Pakaian, no. 5959. Muslim dalam bab yang sama, 2109)

Banyak sekali hadis yang menerangkan tentang hal ini. Semoga Allah memberikan petunjuk. ((Rujukan: Ibn Baz, Kitab Ad-Da’wah, hal. 18-19. Disalin dari buku al-Fatawa asy-Syar’iyyah fi al-Masa’il al-Ashriyyah min Fatawa Ulama al-Balad al-Haram, Edisi Indonesia - Fatwa-Fatwa Terkini-3, Terbitan Darul Haq)

Lain-lain Fatwa (Dipetik/diterjemahkan dari http://fatwa-online.com/)

1 - Pertanyaan:

“Apakah hukum mengambil gambar photografi untuk keperluan atau ditayangkan?”

Jawaban:

Mengambil atau membuat gambar yang berupa dari makhluk bernyawa (sama ada manusia atau haiwan) adalah haram, kecuali bagi tujuan yang amat diperlukan/mendesak, seperti untuk dokumen kerakyatan, passport, dan pengenalan identiti penjenayah bagi tujuan menahan (menangkap/memberkas) dan sebarang apa yang seumpama dengan hal tersebut yang mana sememangnya menuntut keperluan. (Fatwa oleh: Anggota Tetap Penyelidikan Islam & Fatwa yang terdiri daripada, Sheikh 'Abdur-Razzaaq 'Afeefee, Sheikh 'Abdullaah Ibn Ghudayyaan, Sheikh 'Abdullaah Ibn Munee', dan Majlis Fatwa al-Lajnah ad-Daa’imah lil-Buhooth al-‘Ilmiyyah wal-Iftaa, Jil. 1, m/s. 660, Persoalan 3 dari fatwa no. 260)

2 – Pertanyaan:

“Apakah hukumnya memiliki/membeli majalah yang mana di dalamnya mengandungi gambar?”

Jawaban:

Memiliki/membeli majalah yang di dalamnya mengandungi gambar adalah dibenarkan jika tujuannya adalah untuk manfaat dari kandungannya yang di sana mengandungi maklumat berguna. Dan sewajarnya kepada mereka yang memiliki majalah tersebut hendaklah menghapuskan gambar-gambar yang terdapat di dalamnya. Walau bagaimanapun jika tujuan memiliki/membeli majalah tersebut adalah untuk memiliki gambar-gambar yang terdapat di dalamnya, maka untuk itu adalah tidak dibenarkan. (Fatwa oleh: Anggota Tetap Penyelidikan Islam & Fatwa yang terdiri daripada, Sheikh Abdul Aziz bin Bazz, Sheikh 'Abdur-Razzaaq 'Afeefee, Sheikh 'Abdullaah Ibn Ghudayyaan, Sheikh 'Abdullaah Ibn Munee', dan Majlis Fatwa al-Lajnah ad-Daa’imah lil-Buhooth al-‘Ilmiyyah wal-Iftaa, Jil. 1, m/s. 691, Persoalan 2 dari fatwa no. 3079)

3.  Pandangan Oleh: Ustaz Azhar Idrus
Dalam sebuah hadith yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari bahawasanya Nabi saw bersabda yang bermaksud: “Sungguhnya para malaikat tidak masuk ke dalam rumah yang ada didalamnya gambar, patung, anjing dan orang yang junub.”
Malaikat yang dimaksudkan dalam hadith ini ialah malaikat rahmat. Manakala yang dimaksudkan dengan gambar pula ialah gambar makhluk bernyawa. Dan larangan yang terdapat dalam hadith ini ialah bukan semata-mata gambar makhluk bernyawa tetapi yang dilarang ialah gambar yang di gantung pada dinding seperti gambar bersanding, menerima ijazah dan sebagainya sekali pun gambar keluarga.
Oleh itu gambar-gambar makhluk bernyawa seperti gambar manusia dan haiwan yang tidak digantung pada dinding didalam rumah seperti gambar yang disimpan didalam album atau didalam komputer tidaklah menjadi kesalahan.

Ada pun gambar-gambar yang bukan bernyawa seperti gambar kereta, motosikal, gunung ganang, laut, penyapu lidi, penapis santan atau seumpamanya tidaklah haram di jadikan perhiasan pada dinding-dinding rumah.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Bagi diri saya, saya mengguna pakai semua pandangan di atas kecuali pandangan dari Syekh Muhammad Bakhit, Mufti Mesir dan disokong oleh Dr Yusuf al-Qaradawi.

Sekian wassalam wallahua’lam

Emjay

5 comments:

  1. Dr Haron Din merupakan Raaqi atau Tabib yang
    melakukan rawatan altenatif secara menjampi (ruqyah). Kaedah beliau
    menggunakan jampi yang pernah digunakan oleh Nabi :saw dan juga jampi2
    yang digunakan oleh alim ulama'.

    Untuk mengatakan seseorang itu 'syirik', ia memerlukan saksi yang
    melihat perbuatan atau kejadian yang menyebabkan seseorang itu
    menduakan Tuhan. Atas dasar apa yang dikatakan Dr Haron Din itu
    syirik?

    Dari segi amalan jampi, memang wujud jampi seperti Selawat Syifa' dsb,
    yang tidak datang dari Nabi :saw. Akan tetapi, terdapat dikalangan
    ulama' yang membenarkan jampi-jampi seperti ini yang dikatakan
    berbentuk majaz atau metafora.

    Cuma di kalangan ulama' yang menolak selawat seperti selawat syifa'
    dan selawat tafrijiyyah atas dasar ia bukan dri Nabi dan barangkali
    selawat tersebut boleh membuat orang yang tidak faham itu mengatakan
    Nabi :saw yang menyembuhkan penyakit tersebut. Membuang yang tidak
    jelas lebih elok dari mengamalkannya, sebagai langkah berjaga2.

    Sebagai sangkaan baik, beliau yang memiliki PhD didalam bidang Syariah
    dari U Kaherah, sudah tentu tahu bahawa Nabi :saw tidak mungkin dapat
    menyembuhkan penyakit seseorang pada waktu ini.

    Tuduhan syirik amat berat, kecuali di buktikan benar2 perbuatan
    tersebut membuat seseorang tergelincir dari aqidahnya. Dalam soal-soal
    yang di khilafkan, sukar bagi seseorang itu dikatakan melakukan amalan
    syrik.

    Mungkin sdr dapat memberi contoh2 yang boleh membuktikan bahawa Dr
    Haron Din itu melakukan amalan syirik. Na'uzubillahu min Zalik.
    Wallahu'alam

    Sekian, wassalam

    ReplyDelete
  2. Jawapan saya berikan sebagai artikel "Mampukah kita menghukumkan pelbagai amalan sesat di Malaysia???"

    ReplyDelete
  3. kiata kena balik baca sejarah,masa pak-kiyai telah mengamalkan zikir kwajakan ini dalam usaha melawan kekejaman komunis.(cth kiyai salleh,kiyai mustahil,kiayai samsuddin dll)untuk melindungi org melayu Islam daripada di bunuh komunis..Dgn izin Allah,makbul...Berani saudara mj katakan bahawa kiyai salleh dan para pejuang selempang merah berlaku syirik kpd Allah dan semuanya tereus di masukkan ke dalam neraka kerana .?Saudara rasa saudara mj ada di dunia ini tak kalau atuk nenek saudara mati di bunuh oleh komunis sebelum sempat melahirkan mak saudara yang bersenjata api seperti mesingun dengan org melayu yang bersernjatakan parang aje?

    ReplyDelete
  4. wahabi adalah ajen british utl menjatuhkan kerajaaan turki uthmaniyyah

    ReplyDelete